Kode Iklan Anda Disini

Part 1



#KARMA

Part 1

Tahun ini adalah tahun ke tujuh pernikahan kami. Belum juga ada tanda kehamilanku. Entah, sudah berapa dokter, orang pintar bahkan dukun pijat yang aku datangi. Ya, semua aku lakukan untuk bisa mandapatkan momongan. Suami yang terus uring-uringan karena ini. Dan juga tuntutan dari orang tuanya. Serta tambahan bisikan setan para kerabat dan keluarga, membuatku ingin mati saja.

Hari ini cuaca panas sekali, entah mengapa aku ingin pergi ke makam kedua orang tua. Padahal akulah yang tak menganggap mereka orang tua sejak 10 tahun yang lalu.
Selama perjalanan ingatan lamaku muncul kembali. Ingatan tangisan seorang anak yang tak aku inginkan.

*****

"Aku hamil rom," kataku kepada seorang laki-laki yang dulu pernah sangat aku puja.

"Terus? "

"Ya, aku mau kamu nikahi aku"

"Hahaha, gila kamu ya, come on baby. Kita hanya main-main saja. Bukan hanya aku orang yang menyentuh tubuhmu"

Serasa api panas membakar hatiku. Ya, ku akui bukan pertama kali dia yang melalukan ini. Keperawananku hilang karena ulah tetangga yang melakukan hal yang tak aku ketahui. Lagi pula waktu itu aku masih kecil dan aku tak tau apa yang dia lakukan. Itu pula yang mendasari aku selalu ingin berhubungam dengan laki-laki manapun yang menerutku dia membuatku tertarik. Bukan dari body apalagi dari isi dompet. Karena aku terlahir dari orang tua yang bahkan mampu mendirikan sebuah perusahaann hotel terbesar se kabupaten kota.

Kesibukan mereka membuat aku yang seorang diri terjerumus masuk kedunia penuh nista dan kepalsuan.

"Kurang ajar kamu Rom" tanganku mencoba memukul mulut yang dulu pernah bahkan mencium harum keringatku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Kini dengan mulut yang sama tak berkutik sedikitpun kata baik dan menenangkan itu keluar.

"Dasar br*ngs*k, perempuan j*l*ng kau. Jangan pernah ganggu aku lagi ya, "
Dia berjalan meninggalkan aku sembari mengacungkan jari tengahnya.

***

Aku akui aku memang tidur dengan siapa saja dan sudah berapa orang. Tapi aku tak pernah tidur dengan orang yang tak aku sukai. Ya, aku melakukan semua itu atas nama cinta. Kata terkutuk yang bahkan tak sudi aku ucapkan.

Segala daya dan upaya aku lakukan untuk bisa mengugurkan anak dalam kandunganku.
Bahkan sudah ke dukun pijat namun tak keluar juga. Aku putus asa. Aku yang sedang berkuliah sebagai dokter tak mungkin mengakhri mimpiku karena anak s*al ini.

Aku melanjutkan mobilku ke arah orang tuaku tinggal. Kota kecil yang berjarak 3 jam dari tempatku sekarang.

"Mah, mamah"

"Kamu pulang nak" sapa ibuku dengan wajah tersenyum. Dan pelukan hangat datang padaku.

"Mah, aku hamil. Ini anak Romli si br*ngs*k itu. Dia gak mau tanggung jawab dan aku gak mau anak ini"
Kataku tanpa peduli sembari berjalan ke arah sofa.

"Maksut kamu, ya Allah nak" ku lirik wajahnya berurai air mata.

"Aah.. lebay, ini semua kan juga karena kalian yang selalu meninggalkanku dulu waktu kecil. Terus sekarang gimana. Aku gak mau ya cita-citaku dari lama harus berakhir karena anak ini"
Waktu itu usia kandunganku masuk 6 bulan.

"Lahirkan anak itu, biar kami yang merawatnya" suara parau setengah tua terdengar dari dalam.

"Bagus deh kalau gitu, bagus kalau kalian berdua sadar diri. Mah, besok bikinkan surat cuti satu semester buat aku"

***

Aku lahirkan seorang anak perempuan dengan berat 2,4kg. Dibawah batas normal. Mungkin karena aku terus menyembunyikannya. Dan bahkan aku membencinya tak kubiarkan dia mendapat kasih sayangku, walau sanya sebatas usapan dalam perut.

"Aku gak mau ya mah dia panggil aku ibunya. Dia ini juga gak boleh jadi adekku. Dia itu anak pembantu. Ingat itu ya mah,pah"

Aku tinggalkan dia yang kala itu baru berusia sebulan. Entah mengapa aku begitu membenci anak itu.
Sejak saat itu tak pernah aku berkunjung kerumah orang tuaku. Bahkan sampai mereka meninggal 3 tahun yang lalu aku hanya melihat dari kejauhan.

Akhirnya aku sampai ke makam mereka. Makam yang terlihat bersih dan terawat. Air mataku meleleh. Aku menangis sejadinya. Menciumi nisan orang yang aku rindukan.

"Pah, mah. Aku datang. Mah, aku belum juga memiliki anak mah. Salah apa aku mah" air mataku terus mengalir tiada henti.

Aku curahkan segala isi hatiku disana. Entah sudah berapa lama sampai air mataku nyaris kering. Sampai seseorang menepuk pundakku.

"Assallammualaikum"

"Wallaikum sallam"

"Mbak, maaf, mbak ini siapa ya"

"Oh, saya, saya.. emm. Mbak siapa?"

"Saya Diah mbak, saya yang melayani nyonya dan tuan selama ini. Dan saya juga yang merawat putri satu-satunya mereka yang masih kecil"

Hatiku bagai di sambar petir. Putri? Apa? Akulah putrinya. Aku, ya aku, aku lah anak durhaka yang tak ada disaat-saat terakhir didunia. Sakit, sakit sekali hatiku ini.

"Mbak siapa?"

"Saya, saya keponakannya" tak mampu kuakui lagi. Malu rasanya.

"Ehm, bapak dan ibu orang yang baik sekali. Banyak membantu panti-panti anak yatim semasa hidup. Inshaallah. Surga tempat mereka"

Rasa lega tiba-tiba datang padaku. Senyum tipis nampak hadir dibibirku.

"Sendiran saja mbak, suami dan anaknya mana?" Katanya mengagetkan lamunanku.

Aku hanya menggeleng saja.

"Sabar ya mbak, inshallah suatu saat nanti pasti akan dipercaya sama Allah. Tetap ikhtiar dan berusaha jangan lupa berdoa"

Air mata seraya meleleh dipipi. Aku tak mampu menahan lagi.

"Aku sudah melakukan kesalahan dimasa lalu. Ketika Allah mempercayaiku, dan aku.. aku"

Kataku tak sanggup melanjutkan.

"Semua orang pernah melakukan kesalahan. Tobat mbak, tobatan nasuha. Perbaiki kesalahan dimasa lalu. Buat Allah percaya lagi. Bahwa mbak berhak dan layak dipercaya"
Katanya menatapku sembari tersenyum.

Aku hanya sanggup membalasnya dengan senyuman. Aku langkahkan kaki dengan lemas kearah mobil. Air mata sedari tadi tak mau berhenti. Banyak pertanyaan muncul dalam pikiranku.

Mampukah aku memperbaiki semua ini?
Kesalahanku dimasa lalu?
WIDGET IKLAN DALAM ARTIKEL POSISI ATAS
Kode Iklan Anda Disini
Kode Iklan Anda Disini
WIDGET IKLAN DALAM ARTIKEL POSISI TENGAH
Kode Iklan Anda Disini
Kode Iklan Anda Disini
Kode Iklan Anda Disini